LEGENDA tentang Si Pahit Lidah ternyata juga sampai ke Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumsel.
Pengembara Si Pahit Lidah yang melegenda di wilayah seputaran Sumsel itu sangat terkenal dalam cerita rakyat yang bersambung penuturan dari nenek moyang hingga keturunannya hari ini.
Cerita tentang Gua Napalicin yang terletak di Ulu Rawas, ternyata dulu pernah disinggahi Si Pahit Lidah.
Banyak cerita rakyat yang beredar bahwa Gua Napalicin dulunya adalah sebuah Kapal (perahu besar) yang terdampar.
Penulis juga mendengar dari penuturan M. Darwi (47), warga Kuto Tanjung yang tidak jauh dari Gua Napalicin, minggu lalu saat memandu kami mengunjungi gua tersebut.
Menurutnya, diperkirakan bukit tempat Gua Napalicin merupakan sebuah kapal yang terdampar.
Alasannya, karena dari ruang-ruang dalam gua menunjukkan seperti ada kehidupan dulunya, wallahu a’lam.
Seakan ruang-ruang di gua bertingkat, lantai satu nampak seakan ada bekas pemandian semacam bak air dan bathup, bulir padi besar diatasnya ada kucing raksasa dan ada semacam dua orang berdiri dengan mangkuk besar (semacam baskom) diatas kepala namun sudah tersambung cucuran air yang membatu dari atasnya (menyatunya Stalaktit dan Stalakmit).
Kemudian, lantai dua ada semacam kubah, karena ruangannya agak bulat dan atasnya melengkung seperti kubah.
Lantai lima ada seperti orang sholat jejer tiga dan tempat istirahat.
Lantai tiga kebawah ada batu-batu berwarna kuning keemasan, tapi bukan emas. Bisa jadi karena ada lubang yang karena bias dan pantul sinar matahari selama ratusan atau ribuan tahun akhirnya jadi kuning (itu cuma perkiraan).
Sedangkan area sekitarnya gua diperkirakan dulunya adalah perairan, kemudian surut sehingga kapal terdampar.
Dalam cerita rakyat yang turun temurun, dan dari berbagai sumber, suatu hari ada pengembara yang lewat disitu.
Melihat kapal terdampar, pengembara itu berusaha naik ke atasnya namun tak berhasil.
Sang Pengembara lalu menyumpahi kapal jadi batu, dan kemudian sumpah itu membuat kapal berubah menjadi batu.
Dan Gua Napalicin dipercaya merupakan tempat batu tersebut. Pengembara itulah yang dikenal dengan Si Pahit Lidah.
Hal ini merupakan cerita rakyat tentang kejadian di masa lampau yang dianggap asli dan pernah terjadi.
Legenda ini merupakan bagian dari budaya masyarakat dan sering diwariskan secara turun temurun.
Bila didalami bisa saja mengandung nilai sejarah, moral dan adat istiadat. Anda percaya atau tidak? Tak masalah. Namanya juga Legenda. (*)