Kisah Kesaktian Datuk Rangga, Tak Mempan Senjata Namun Tewas Ditusuk Duri Enau

KISAH Datuk Rangga yang tak bisa dibunuh dengan senjata apapun menjadi legenda dan kenangan masyarakat Desa Kuto Tanjung, Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumsel.

Bagaimana tidak, saat berdagang ke daerah Pasemah Lintang (sekarang Kabupaten Empat Lawang), Datuk Rangga ditodong oleh kawanan perampok kejam.

Walaupun membawa banyak pengawal (hulu balang), namun Datuk Rangga masih kalah jumlah dengan perampok yang memang sudah terbiasa merampok dan mempunyai banyak kesaktian.

Karena ulah perampok tersebut, perjalanan Datuk Rangga yang akan berdagang ke Pasemah dengan membawa 40 ekor Kerbau menjadi terhambat.

Namun, pada kenyataan perampok tak bisa membunuh Datuk Rangga dengan pisau, parang maupun pedang.

H. Ibrohim, tokoh agama/masyarakat Desa Kuto Tanjung, saat dibincangi, Selasa (24/12/2024) di masjid desa setempat menuturkan, karena keikhlasan Datuk Rangga, dia memberitahukan kelemahannya.

Diketahui, H. Ibrohim ini merupakan keturunan generasi keempat dari Datuk Rangga. Datuk Rangga merupakan pendiri atau orang pertama yang menetap di Desa Kuto Tanjung, dia berasal dari Muara Kulam.

Menurut, H. Ibrohim, saat itu Datuk Rangga berkata pada perampok-perampok itu, “Kalau mau bunuh saya, tidak usah pakai pisau, parang atau pedang.

Karena hal itu malah akan membinasakan kalian. Cukup tusuk pantat saya pakai duri enau (rudis) saja.”

Maka, pada lain waktu, Datuk Rangga naik kerumah panggung (rumah dusun saat itu) dan saat duduk, maka perampok menusuk pantatnya dari bawah sela-sela papan rumah panggung.

Akhirnya, Datuk Rangga tewas terbunuh, 40 kerbau dan barang-barangnya diambil perampok dan anak buah sekaligus pengawalnya kocar kacir.

“Sampai sekarang, kami tidak pernah lihat atau mengetahui kuburan puyang Datuk Rangga yang kabarnya tewas di Pasemah itu.

Dulu ada orang Muara Kulam bernama Rozali yang juga keturunan adik puyang Datuk Rangga datang ke daerah Pasemah itu dan kuburan puyang Datuk Rangga masih ada,” kata H. Ibrohim.

Tapi dengan waktu yang lama, dia menyebut Rozali sudah meninggal, dan lokasi kuburan puyang itu tidak diketahui, karena tempat tersebut sudah jadi terminal.

Juga tidak diketahui pasti, kapan Datuk Rangga meninggal dan kapan Rozali melihat kuburan Datuk Rangga.

“Hanya doa yang dipanjatkan anak cucunya,” tutup H. Ibrohim. (*)

error: Content is protected !!