Hobi Tembak Ikan Sungai, Tradisi Warga Kuto Tanjung Tambahkan Nilai Gizi Makanan

KEKAYAAN alam berupa ikan sungai di Desa Kuto Tanjung, Ulu Rawas, Muratara sangat melimpah, seakan tak habis karena daur ekosistem sempurna dilingkungan sungai yang masih sangat alami.

Setiap KK, pemuda bahkan anak-anak umur belasan tahun di Desa Kuto Tanjung rata-rata ahli dalam menangkap ikan, baik itu dengan memanah ikan (tembak), jaring ikan ataupun mancing.

Ada juga menangkap ikan dengan jala walau agak jarang, tetapi yang paling dominan manah ikan, oleh karenanya mereka ini merupakan penyelam-penyelam handal di air yang dingin di hulu Sungai Rawas dan tempat lainnya.

Walau demikian, manah ikan tidak menjadi pilihan ketika air agak pasang dan keruh, karena ikan tak terlihat. Memancing ikan, lempar jala maupun jaring pun dilakukan, yang penting dapat ikan sebagai penambah nilai gizi makanan.

Jenis ikan sungai di Kuto Tanjung beragam, ada Ikan Kerali, Baung, Selimang, Seluang, Barau, Tilan, Langli, Dalum dan masih banyak jenis lainnya.

Sebagaimana diterangkan Freedi Bobic, Tokoh Muda Desa Kuto Tanjung, Ahad (5/1/2025). Kenapa warga lebih dominan manah ikan?

Karena, dengan manah ikan dirasakan lebih mudah mendapatkan ikan yang lebih besar.

Apalagi manah ikan dimalam hari, asumsinya ikan lebih jinak dan dengan bantuan center kepala mudah dibidik (ditembak panah).

“Disini ada banyak tempat untuk mencari ikan, ada yang dekat ada juga yang jauh.

Warga biasanya menggunakan motor dan secara beramai 2 sampai 6 orang atau lebih dari sore hingga malam, kemudian memilih tempat mencari ikan, seperti di Sungai Rawas, Sungai Kulus dan Sungai Keruh,” ujar Boby sapaan akrab Freedi Bobic yang berdomisili di Dusun II, Desa Kuto Tanjung.

Dalam pantauan penulis, warga secara berkelompok pergi sore hari untuk mencari ikan dengan membawa kelengkapan panah (tembak), kaca mata selam, center kepala dan kerambu (tempat ikan) dengan mengendarai motor roda dua secara berpasangan.

Diakui memang ikan dihulu sungai memiliki nilai gizi tinggi, karena lebih alami dan ikannya liar bebas dengan makanan mikroba, ikan dan hewan sungai yang lebih kecil, sangat berbeda dengan ikan kolam yang dipelihara dan diberi makan pelet ikan agar lebih cepat besar.

Menangkap ikan ini merupakan tradisi turun temurun secara berlanjut tak tergerus perubahan zaman yang selalu ingin serba praktis dan instan.

Untuk dapat menjaga kelestarian ekosistem sungai terutama ikan, Pemdes Kuto Tanjung menegakkan aturan yang tegas dilarang nyetrum (Stroom Listrik) karena mematikan seluruh ekosistem dan habitat kehidupan hewan di sungai.

Selama warga kompak mendukung dan menegakkan aturan, maka kelestarian hewan di sungai akan terjaga. Saling menjaga dan saling mengingatkan itulah kuncinya. Semoga tetap terjaga kelestarian hewan sungai untuk kehidupan warga yang lebih baik, dari sekarang hingga masa depan. Aamiin. (*)

error: Content is protected !!