ADA batu yang disebut Batu Batang di wilayah Desa Kuto Tanjung, Ulu Rawas konon selalu bergerak (berpindah) dari tempatnya.
Kamu percaya?
Berdasarkan cerita Adi Arianto warga setempat saat bertandang kerumahnya, Sabtu (18/1/2024) dulunya Batu Batang berada di pinggir sungai, namun seiring waktu, tanah tempat batu berpijak longsor dan anehnya Batu Batang bukan jatuh ke sungai tapi malah keatasnya. (Ini juga cerita kebanyakan warga setempat).
Konon, kabarnya dulu ada warga yang membawa jenazah dalam keranda (renggo-renggo) namun ketika lewat suatu tempat (tempat Batu Batang sekarang) terjadi hujan lebat disertai petir, sehingga warga yang membawa keranda jadi takut dan tidak berani melanjutkan perjalanan, dan menaruh keranda pada sebuah tempat atau gubuk (tidak terlalu jelas).
Setelah hujan petir usai atau esoknya warga kembali ketempat keranda berada.
Tapi, alangkah terkejutnya mereka, karena keranda tersebut telah menjadi batu, yang belakangan zaman kini disebut Batu Batang. Karena batu tersebut agak mirip keranda dan juga seperti batang.
Tak diketahui juga isi keranda (jenazah), apakah masih ada atau tidak ketika sudah jadi batu.
Yang jelas itu sekedar cerita rakyat, terlepas benar atau tidak, hanya sebagai bahan cerita dan sejarah desa.
Walau demikian ada versi berbeda, yakni jenazah dalam keranda tersebut telah sampai ke gurunya atau sudah diambil gurunya di Jambi. Tak begitu jelas.
Tapi memang Batu Batang tersebut sampai hari ini masih ada, dan asumsi banyak warga, selalu bergeser kearah jalan, setelah tanah dibawahnya longsor ke sungai.
Namanya juga cerita bro….. benar atau tidak belum ada literatur yang memastikannya.
Mereka para pembawa keranda maupun isi keranda (jenazah) juga tak diketahui warga mana, mungkin orang Jambi.
Dalam pantauan penulis saat ke lokasi, Minggu (19/1/2025), batu tersebut berjarak sekitar 15 meter lebih dari bibir Sungai Rawas.
Dari penuturan M. Darwi, warga Kuto Tanjung tak begitu meyakini Batu Batang memiliki mistis apalagi mengkramatkannya.
Cuma dari pengamatan warga cukup mengherankan karena dalam jangka panjang batu itu berpindah kearah daratan yang tadinya dipinggir sungai yang longsor.
Ada juga selentingan cerita, siapa yang sulit dapat jodoh atau juga bila ada wanita yang diinginkan tapi menolak, maka bisa lekas berjodoh, setelah bermalam di batu tersebut.
Namun, tak ada yang bisa mencontohkannya siapa itu. Juga serba kabur….. tapi lagi-lagi itulah cerita.
Sang pemilik lahan, Nazarudin juga tak begitu paham, dia sendiri yang memandu penulis dan mencari serta membersihkan belukar yang menutupi Batu Batang. (*).