SAKSI bisu yang merupakan sejarah awal terbentuknya Desa Kuto Tanjung adalah keberadaan Pohon Kemang yang ada di pangkal Jembatan Gantung desa tersebut.
Hal ini dijelaskan H. Ibrohim, warga setempat yang merupakan keturunan keempat dari Datuk Rangga (Singamarga) pendiri Desa Kuto Tanjung.
“Pohon Kemang dipangkal jembatan adalah saksi bisu awal mula Datuk Rangga menempati tanah atau tempat yang sekarang (Desa Kuto Tanjung),” ujarnya kemarin.
Karena menurutnya, sejak menetap di Kuto Tanjung, Datuk Rangga menjadikan tanda Pohon Kemang sebagai ciri awal berdirinya komunitas manusia di tanah tersebut. Sampai kini Pohon Kemang masih hidup dan berdiri kokoh yang dperkirakan sudah ratusan tahun.
Setelah menetap, Datuk Rangga mempunyai banyak anak dan salah satunya H. Adam yang kemudian mempunyai anak bernama Siti Zubaidah. Siti Zubaidah menikah dan mempunyai 11 anak dan anak yang paling bungsu bernama H. Ibrohim yang menjadi nara sumber penulisan sejarah Desa Kuto Tanjung ini.
“Datuk Rangga mempunyai simbol atau motto ‘Runding Kait Kuto Tanjung, Pajak Beteko Muara Jamban,’ yang artinya orang luar dibuat betah di Kuto Tanjung,” jelas Ibrohim.
Sehingga para pendatang dari Kerinci, Tangkoi (Suku Batin Pembambang), pusatnya sekarang Muara Talang sudah kecamatan menjadi betah di Kuto Tanjung karena merasa nyaman.
Bahkan ada juga dari Sukaladi, Rantau Jukang dan Mesuci yang datang menetap, tambah Ibrohim.
“Selain itu, dari Napalicin, Muara Kulam juga diajak Datuk Rangga menetap di Kuto Tanjung, sehingga makin cepat ramai,” ujar Ibrohim bercerita.
Dia menyampaikan, di Kuto Tanjung ada prinsip ketika anak menikah harus dibuatkan rumah oleh orang tuanya atau keluarga, apapun bentuk dan besar rumahnya, diupayakan punya sendiri untuk keluarga kecil itu.
Sehingga menjadi motivasi mandiri dalam berkehidupan sebagai petani di Kuto Tanjung. (*)