Sejarah Desa Kuto Tanjung

SEJARAH terbentuknya Desa Kuto Tanjung diawali dengan menetapnya Datuk Rangga didaerah tersebut yang berasal dari Muara Kulam

Menurut cerita dari Tokoh Agama/Masyarakat Desa Kuto Tanjung yakni H. Ibrohim. Datuk Rangga dulu di Muara Kulam dikenal sebagai Singamarga.

Namun karena kalah calon pasirah di Muara Kulam, maka hijrah atau pindah ke sebelah barat membuka daerah baru yang kemudian menjadi Desa Kuto Tanjung.

H. Ibrohim yang menjadi sumber penulis merupakan keturunan atau generasi keempat dari Datuk Rangga yang merupakan pendiri Desa Kuto Tanjung.

Julukan Datuk pada nama Datuk Rangga merupakan penghormatan terhadap orang yang dituakan di Desa Kuto Tanjung saat itu.

Saksi bisu awal menetapnya Datuk Rangga diwilayah tersebut hingga kini masih ada, yakni Pohon Kemang yang berada di pangkal jembatan desa.

Setelah Datuk Rangga menetap disitu, mulai ada orang yang datang dan ikut menetap untuk berusaha penghidupan di Kuto Tanjung. Mereka dari Kerinci, Tangkoi (Suku Batin Pembambang). Pusatnya sekarang Muara Talang yang sudah kecamatan.

Ada juga dari Sukaladi, Rantau Jukang, Mesuci (semuanya dari wilayah Provinsi Jambi). Kemudian, Datuk Rangga juga mengajak orang dari Napalicin, Muara Kulam sehingga penduduk semakin bertambah dan berkembang.

Mengenai nama desa sudah empat kali berubah walau dengan makna yang sama. Dari nama Kuta Tanjung, Kuto Tanjung, Kota Tanjung, Kutei Tanjung, hingga kembali Kuto Tanjung sampai sekarang.

Kata ‘Kutei’ itu merupakan Bahasa Rejang yang artinya desa. Sedangkan ‘Tanjung’ artinya tanah yang dikelilingi air sungai.

Kuta juga merupakan pagar, artinya tanah yang dipagari sungai. Yakni Sungai Jamban dan Sungai Rawas, Sungai Jamban dipecah untuk mengaliri sawah warga.

Kemudian mengenai suku, di Desa Kuto Tanjung mayoritas Suku Rejang dengan logat Bahasa Rejang.

Bahasa Rejang disini agak berbeda dengan Bahasa Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Bengkulu sekitar 30-40%.

Suku Rejang mendominasi jumlah penduduk mulai dari Muara Kulam, Muara Kuis, Sosokan, Napalicin dan Kuto Tanjung. (*)

error: Content is protected !!